Selasa, 28 April 2009

saksikan!!!


Kepada ukhty Nadia

Pohon tempatku bersandar dan pena alat menuliskan perjalanan waktu pada kertas beralaskan biru.

Merenungkan nasib yang tak kan pernah terbalaskan. Kini disaat pencapaian hampir tiba, hidupku makin sengsara. Tak pernah ku merasakan bahagia, ataupun canda tawa. Mungkin beginilah garis kehidupan yang penuh lika-liku pengorbanan. Hatiku makin hancur tatkala tiada seorang pun menemaniku disini, dimanakah mereka berada?

Dalam gelap dan kebutaan arah ku berharap kalian muncul untuk membawakanku sebuah lilin dengan cahaya semangat disetiap kobaran apinya yang hangat. Disaat aku terpuruk di ujung jalan dan terperosok pada dalamnya jurang penuh duri, aku membutuhkan uluran tangan kalian. Disaat hari pemusnahan telah tiba ku meminta agar kalian berada lebih dahulu dari pada diriku. Biarlah jiwa ini tertinggal asal engkau selamat. Biarlah aku menerima beban yang ada di pundakmu. Tinggalkan aku jikalau memang hidup ini membelenggu diriku.

Terimakasih kalian telah ada di sampingku walaupun diriku tak pernah sadar, namun hatiku selalu rindu pada jiwamu. Saat ini ingin rasanya mata ini memandang guratan wajahmu yang ceria membawa bahagia. Ingin rasanya tubuh ini memeluk erat jiwamu dan tak kan kulepas walau dideranya tubuhku. Ingin tanganku ini berjabat dengan ikhlas walaupun berlinang darah hangat. Inginnya telinga ini mendengar ucapan-ucapan kalian nan sejuk merasuk dalam lubuk hatiku.

Senin, 27 April 2009

satukan tujuan!!!

Ketika itu sore telah menjelang. Kami duduk di penggir sebuah sungai yang airnya mengalir dengan tenang, hamparan rumput hijau sepanjang dinding sungainya. Ditemani dengan hembusan angin segar dari arah persawahan, kemudian jajaran pohon turi dengan bunga putihnya yang elok mengundang sang kumbang untuk datang. Di atas pohon-pohon bambu yang terletak tepat di hadapan kami, di seberang sungai ini, terdengar burung-burung gagak berbulu hitam bersuara memecahkan keheningan sore. Matahari dengan sinarnya semakin meredup tatkala pembicaraan telah dimulai. Sinarnya merah menyala mengobarkan perbincangan kami. Canda tawa memenuhi hati kami yang ceria, kami senang karena kami tengah bersama mengarungi hari-hari ini dengan selalu mengingat akan kekuasaan Allah Sang Khaliq. Berkali-kali mulut kami mengucap tasbih “subhanallah” tatkala kami tengah membanggakan ciptaan-cptaanNya. Katika semakin jauh kami masuk menelusuri kenyataan kekuasaan Allah. Hati pun terasadar bahwa kami bukanlah mekhluk besar di bumi ini. Karena bumi pun tidak lebih besar dari matahari. Matahari pun tak lebih besar daripada luasnya galaksi bimasakti. Galaksi ini pun bagai debu diantara luasnya alam semesta. Namun alam seluas apapun tak akan pernah mengalahkan luasnya kekuasaan Allah yang Maha Besar. Detak jantung semakin menggebu karena panggilan kami menghadap kepadanya telah tiba. Ayo Sholat, wahai shobat! Jangan terlambat!