Kamis, 26 Februari 2009

Fii hadzihil lail

Di malam yang dihiasi gerimis hujan.

Di malam dengan dingin merayap di udara.

Di malam dengan suara gemericik air yang segar.

Di malam dengan cahaya cinta di antara kegelapan.

Ku rindu akan pertemuanku denganmu ya ukhibbuky

Kita saling menyapa dan mendo’akan melalui ucapan salam.

Kau hiasi persahabatan kita dengan senyummu yang senilai cahaya cinta.

Dengan kelembutan hatimu bak bidadari dengan kesucian terpancar padanya.

Melihat cahaya dari kedipan matamu yang indah bak intan berlian.

Mendengar ucapan tulusmu yang penuh dengan irama cinta yang tulus ikhlas.

Kurasakan cantiknya wajahmu bagai udara yang memenuhi setiap sel kehidupan.

Perbuatanmu memancarka akhlakhul mahmudah dari seorang yang dicintai-Nya.

Ingin ku sampaikan sepatah kata curahan hatiku padamu wahai penerang jalanku.

Sepatah kata ungkapan dari hatiku teruntuk luluhnya perasaan yang penuh kasih sayang.

Kata yang tak sanggup ku utarakan dari sini untuk engkau yang ku sayang.

Ku tunggu kedatangnmu menemui jantung hatiku wahai kau wanita.

Cintamu padaku mengantarkan jiwaku pada Sang Pencipta.

Terima kasih ya Ukhibbuky.

Sembari ku tertunduk di hadapanmu ku menangis tiada tertahan.

Kuturunkan segala kesombongan yang telah menggerogoti diriku.

Ku buang sementara rasaan senang yang ada, tak ku tahan rasa malu.

Kini ku terhanyut pada saat yang paling memilukan dalam hidupku.

Teraniaya tubuh ini melihat kau yang tersakiti oleh perbuatanku.

Demikian bebas aku membuat kesalahan padamu hingga tak melihat kau yang ada disana.

Sunggh tiada maksudku menyakiti hatimu

Apa yang telah terjadi sudah tak dapat lagi ku kendalikan.

ku lihat kau berada di sudut cahaya tertunduk mengalirkan air mata.

Tiada mampu mulutku bertanya.

Tak mampu otakku berpikir rasional.

Ku hanya bisa merusak segala yang dihadapanku

Sungguh sakit hatiku yang tak mengerti apa maumu.

Kulepas perhatianku dan ku tanamkan pada dasiran aliran pantai.

Tak mampu ku menoleh pada kejadian pahit yang tlah ku alami.

Teriris hatiku disaat ku tahu kau tlah terluka.

Luka yang ada padamu membuatku terombang-ambing pada sungai yang tak pernah bertemu lautan.

Tak kutemukan lagi sosokmu yang dulu setelah ku menyusuri kedalaman cinta.

Sungguhkah ku kan kahilangan dia yang ku saying?

Kau tlah menghilang dan tak mampu ku temukan kau di dalam hatiku.

Kau yang tak tampak bagai angin di dunia maya.

Sebelum semuanya terlambat ku memandang pada kejadian yang akan datang

Ku berdiri diantara dua kubu yang saling berlawanan antara maaf dan bingung.

Ku palingkan wajahku dari hadapanmu, namun itu membuatmu rauntuh tak tersisa.

Ingin ku barlari meninggalkan semuanya termasuk dirimu.

Setelah ku berlari sejauh mungkin ku terjerumus pada jurang penuh duri.

Hingga tak kurasakan lagi penyesalan di hidupku.

Kini ku tlah terbang dari sisimu untuk selamanya.

Namun ada rasa yang tak sempat ku tanamkan pada hatimu yang terbuka lebar.

Maaf inginku sampaikan dari hatiku melalui jembatan yang tak Nampak.

Ku hembuskan nafas penyesalan yang tak membuatmu tenang.

Telah ku keringkan air mata dengan intan berlian di dalamnya.

Ku menghilangkan hiasan pelangi pada bola matanya.

Ku redupkan pancaran senyum dari bibirnya.

Telah kucabik hatinya yang penuh cahaya.

Pratinjau

Peperangan telah terjadi di dalam hidupku.

Tiada kata mulai dan tiada kata damai.

Peperangan hanya meninggalkan luka pada pada tubuh yang tersingkir.

Peperangan menghilangkan mereka yang kita kasihi.

Peperangan merenggut nyawa sahabat yang telah membengun jiwa saudaranya.

Apalah guna kekuasaan di tangan jika ajal tlah menjelang.

Apalah guna harta jika kau tak mampu merasakannya.

Apalah guna cinta serta kasih saying jika kau tak pernah memiliki.

Apalah guna sahabat jika kau telah pergi tak kan kembali.

Perintah hati meminta maaf.

Perintah otak untuk bersujud.

Perintah alam untuk merunduk.

Perintah Tuhan untuk beriman.

Namun di saat senyum bersinar di pagi hari, kau telah menutup celah cahayanya dengan raut wajahmu yang muram, kau tlah menghilangkan harapan mereka yang telah mendatangimu dengan hati yang riang. Lihatlah bagaimana perubahan wajah yang cantik nan menawan runtuh pada debu yang tergorok lautan kepedihan. Pernahkah kau merasakan kehilangan seorang sahabat yang bercita ingin selalu membantu saudaranya, pernahkah kau membayangkan ia mti bersujau di kakimu dengan harapan kau ikut tertunduk. Namun apa yang telah kau pikirkan dengan mengangkat wajahmu ke atas? Adakah disana cinta yang kau harapkan turun? Kaulah seorang yang bodoh yang tak pernah tersenyum di hadapan mereka. Tertawalah !! berteriaklah sekencang-kencangnya !! ku yakin kau takkan pernah berjumpa dengan kehangatan pelukan bunda. Berjalanlah atau munkin kau harus berlari !! namun kemana kau akan berlari? Kemana? Kau telah memerintahkan mereka mati, kau telah menghancurkan cinta yang telah tertanam demi melindungi cintanya, teman sepeti apakah engkau yang dengan tangnmu kau runtuhkan bangunan cinta yang telah berdiri kokoh, dengan perkataanmu kau sebarkan rasa sakit di hati mereka, dengan melihat matamu kau buat diri ini tak mampu bergerak, betapa bergetar hati yang melihat dirimu yang seperti itu.

Senin, 23 Februari 2009

mampukah kau bertanya?

Cerita, canda dan kata tlah kita jadikan sejarah sebagai awal hidup ini melangkah. Ku ambil setiap makna di dalamnya dan ku jadikan arahku ini. Hingga ku ukir sejarah pada batuan ditengah magma yang mengalir. Ku lindungi batu tersebut dengan tubuh dan tulangku. Sungguh tiada ku merasa sakit menahannya.

kini ku teringat saat kita pertama kali bertemu, tak ada rasa, tak ada cinta dan kasih sayang, semua terlampaui begitu saja tiada kenangan berarti. Kau tersenyum padaku, aku pun juga membalasnya, kau menyapaku aku pun juga, meski kita belum saling mengucap nama. Rasa tenag tanpa beban dalam hati tak mampu ku sembunyikan, di saat aku membutuhkanmu kau ada untuk menghancurkan bebanku. semakin lama muncul pertanyaan “siapa gerangan dia yang telah mengalihkan beban hidupku?”

Meski pun aku tak butuh jawabannya, dialah yang memberitahuku siapa dia sebanarnya tanpa ku tanya, kulihat dari senyum yang ikhlas memancarkan ketenangan hati mengharap akan ridho-Nya, ku melihat merah pipinya sungguh sedap dipandang, gerakan tubuhnya yang tulus membantu sahabatnya menghanyutkan bagi mereka yang merasakan halusnya tangan ringan tuk memberi, suaranya lembut membelah dinginnya bumi hingga sampai di telingaku merasuk pada aliran darahku dan berputan kencang di setiap organ yang dilaluinya, hanya satu ungkapan dari bibirnya, dengan sangat lirih ia berkata, “gapailah kehidupan di dunia dengan semangat yang mengalir di setiap sel pada tubuhmu, kejarlah kehidupan akhirat dengan dzikir mengalir di setiap aliran hidupmu, dekatlah pada Allah atas segala yang ada pada dirimu dan lingkunganmu, iman, Islam dan ikhsan selalu tanamkan pada pikiranmu hingga akarnya memenuhi dalamnya hatimu, batangnya sebagai perantara hidupmu, dan daungnya sebagai kesejukanmu.” Sungguh makna apa yang terkandung di dalam dirinya aku tetap tak mengerti, persaan takut mulai menghampiriku, akankah muncul rasa cinta tanpa kasih sayang di antara kita?

Rasa ini menarikku kencang tubuhku terpelanting jatuh ke dasar kegelapan hingga membuatku untuk berpikir ulang. Pada sudut kegelapan kubuka lebar mataku mesku tiada yang ku lihat, ku dengarkan semua yang ada meski tiada suara yang ku dengarkan, kurasakan dinginnya hidup menusuk di setiap pori kulit, hingga bernafaspun ku tak mampu. Dalam hati ku mengiba “sanggupkah ku meninggalkannya pergi untuk sementara atau pergi tanpa ku ucap selamat tinggal, atau pergi tak pernah kembali?”

Saat ku meninggalkannya perlahan rasa itu sirna, namun ketika ada yang mengatakan namanya, hanya dengan namanya, rasa itu merasuk kembali menyelubungiku tanpa bisa ku tahan dahsyatnya aliran yang merasuk pada inti setiap sel yang membrannya tak sanggup di tembus virus.

Ku tertunduk pada rendah tanah, menghadapkan wajahku pada dasarnya bumi, aku kubur tubuhku pada kedalaman tanah, bersembunyi pada inti matahari tiada berguna. Seraya ku bangkit dan menghadap kepada-Nya “ Ya Tuhan perasaan apakah ini? Sanggupkah ku menahan rasa yang tertancap bagai pedang menusuk perisai tebal? Ku berharap melalui mukjuzat-Mu aku mendapatkan mereka yang mampu mengerti akan dalamnya palung hatiku.”

Tahukah kau aku di sini menunggumu. Sering ku berharap dia ada untukku dan disini dengan seluruh sahabatku kita bersama melangkah menuju haribaan-Nya yang terang dan suci. Bisa untuk aku gambarkan bagaimana sesungguhnya dia. Namun tak kuasa mata ini melihatnya, bergetar seluruh jiwa dan raga ini tanpa bisa aku mengendalikannya, tak sanggup aku palingkan wajahku dari hadapannya, hingga cahaya terang dari Zat Yang Maha Suci-lah yang dapat melepaskanku dari jeratan ini. Ku bersyukur hanya melihat bayangannya dalam media semu seandainya ku berhadapan denganmu bisakah kau merasakan betapa dahsyatnya getaran hatiku?

Sabtu, 21 Februari 2009

perjalanan tuk berubah

Assalamu'alaikum
Lishokhiib....
bismillahirrihmanirrokhiim, selalu awali hari ini dengan mengingat Allah SWT. karena atas izin dari-Nya lah kita masih dapat merasakan indahnya hari-hari ini, senang rasannya bisa melihat hijaunya dedaunan yang dihiasai oleh warna-warni burung dengan suara kicauannya membelah suasana bising pada pikiran. tarik nafas dan nikmati sejuknya udara yang berasal dari alam ini, pernahkah kau berfikir tentang komposisi udara yang ada di alam ini? sesungguhnya tiada perubahan pada komposisinya, padahal uadara selalu dikonsumsi oleh seluruh makhluk hidup yang tinggal di alam ini. betapa dahsyat segala yang diciptakan-Nya.
Alhamdulillah...shokhiib kita tetap selalu bersama dihari-hari yang penuh tantangan ini. setiap detak jantung, setiap hembusan dan tiap langkah kaki ini pasti kan dipertanggungjawabkan, oleh karena itu jalani hidup dengan tetap berpegang teguh pada kitab Allah dan sunah Rasul. perhitungkan dan pikirkan matang-matang apa yang tlah kau tuju dengan harapan tak ada rasa kecewa sekaligus putus asa dalam menghadapi ujian yang selalu mendara tubuh tiada daya ini.
perlukah kita evaluasi waktu-waktu yang telah terlampaui? jawablah dengan kegiatan terpuji dan jangan pernah kau lakukan keburukan masa lalu sekecil apa pun. berjanjilah kau untuk selalu introspeksi diri dan bertaubat jika ada sekecil virus yang ada di hatimu. aku yakin kau pasti bisa. memang sih tak semudah itu kita bisa merubah semua kebiasaan (baik atau buruk) yang telah terlampau jauh kita kerjakan. namun dalam hatimu yang terdalam ada semangat tinggi untuk terus berubah dan memperbaiki diri. dengan dukungan dari sahabat yang ada di sekelilingmu kau masih punya harapan besar untuk melangkah menuju perubahan.