Senin, 15 Juni 2009

Maaf??

Mengapa?
Apa yang salah?
Hanya kata maaf pemecah salah.
Hanya penyesalan pelepas dosa.
“Innalillahi wainna ilaihi roji’un”
Ya ghoffar ku mohonkan afwan wa taubatan.
shokhiib
Kau pikir maaf bukanlah segalanya. Namun bagi hidup kami, semua itu sangat berarti sebagai pengkokoh silaturahmu. Jikalau kau tak pernah merasakan beban kesalahan, berarti kau tak pernah menyadari bhwa harimu saat ini tengah dibelenggu oleh dosa dan kesalahan. Berpasrah pada-Nya bukanlah akhir dari lepasnya rantai belenggu, diam pun tak ada gunanya, bahkan dalam matimu kau takkan pernah merasa tenang jikalau hutangmu kepada makhuluk Allah masih menumpuk. Apalah guna hari ini jika tak kau maksimalkan untuk berkata maaf dan taubat. Haruskah kutarik semua kata-kataku yang dengan tulus ikhlas mengharap jawaban maaf darimu? Bodohnya aku yang tak dapat mengerti isi hatimu. Benar-benar manusia rendah aku yang tak dapat memahami kasihmu. Sungguh mati pun aku ……………………..

Minggu, 14 Juni 2009

Ukh…..

Gelap jalan slama ini.

Ragu pun membayang diri.

Kegalauan mendera kembali

Menghujam tubuh tiada henti


Kenapa citaku tiada terbalas?

Kenapa cintaku tiada jawabnya?

Kenapa hatiku menderu deras?

Mencabut nyawa tanpa tanya!


Hari ini kembali lagi

Tiada wktu ku berpeling

Terjerat belenggu rantai

Sakit menghantamku pelik


Mereke berkata:

“Hati ini satu”

“Jangan hanya untuk satu.”

“Tapi berikan pada Yang Satu.”


Syukron untukmu teman

Karna kalian ku tak merasa hilang

Karna kalian ku tetap melaju

Karna kalian ku daki gunung duri.


Namun kenapa ku masih berlari?

Bagaimana lagi ku berjalan?

Untuk apa aku berdiri?

Apa yang ku lakukan?

Jawablah!!!


Before I die

And never see you again.

Jumat, 12 Juni 2009

negative

di mana kalian?

menengadah tanganku mengharap hidayah,
tunduk wajahku memohon keteguhan iman,
sujud jiwaku menantikan syafa'at.

ya rokhman..
engkaulah yang maha pengasih.
kasihanilah mereka yang berjuang di jalanmu

ya rokhiim...
engkaulah yang maha penyayang.
sayangilah mereka yang aku sayang dan makhluk yang eangkau sayangi.

dekatkanlah hatiku padaMu ya allah, seperti matahari yang kini berada dekat dengan genggamanku.....!


Kamis, 04 Juni 2009

just 1




satu bukan untuk yang kedua.
satu Cinta hanya kepada Sang Maha Penuh Kasih Sayang.
satu kasih hanya untuk sang pendidik kita di waktu kecil.
suatu yang kecil bukan berarti selalu mengalah.
kekalahan hanyalah pendorong menuju kesuksesan.

teman tak hanya satu namun kebersamaan hanya ada satu.
satu hati, satu juwa dan sepenagnggungan.
teman tak selamanya sahabat
namun sahabat adalah saudara yang paling dekat dengan pengertian.


Rabu, 03 Juni 2009

cinta kasih


Setiap kaula muda memang terlalu mudah terancam oleh hal negative, dan pastinya hal-hal tersebut tidak terlalu berpengaruh besar pada kahidupannya dimasa-masa mendatang, bahkan sebagian besar dapat merusak tatanan kehidupan seorang insan muda. Pengaruh paling mudah yang tiap kali dihadapi bermula dari sebuah pergaulan yang menjurus pada tali pertemanan, sebelum akhirnya mengikat lentera persahabatan.

Sebuah harapan jika sesama saudara muslim bersatu hati mengikat tali persahabatan. Menghubungkan kembali tali persaudaraan, saling bersatu padu dan berjuang demi agama. Melupakan segala persengketaan dengan mengamalkan hidup sehat supaya selamat dunia kahirat. Kobarkan semangat juang demi orang-orang terkasih. Tegakkan syari’at Islam menuju jalan terang benderang agar generasi kita di masa harapan bengga dengan apa yang kita wariskan. Cinta kasih dalam keluarga Islam merupakan harta yang amat berharga yang petut kita pertahankan keabadiannya. Semarakkan salam jika kau telah menemukan jejak langkah dari tapak kaki seorang sahabat, karena iman akan tumbuh diantara pertemuan mereka.

Kini jika tlah kau temukan jalanmu meraih keberhasilan, rangkailah tiap pijakan-pijakan yang telah kau lalui itu bersama saudaramu yang telah menuntunmu mendekati keberhasilan. Menyatu dalam cahyaNya dan menemukan kebenaran maka punahkanlah keangkuhan diri. Sadarilah dalam ketulusan hati behwa kita disini tidak diciptakan dalam kesendirian. Kita butuh kebersamaan dan kebersamaah butuh keikhlasan yang tulus dari hati.

Bersyukur kini padaMua ya Illahi tlah Kau tunjukan persatuan suci dlam kemurnian kasihMu maka Kekalkanlah kasih sayang kami. Teman bersama-sama kita semaikan persahabatan ini, dengan keimanan teruskan perjuangan, pengorbana dan kesetiaan. Kumonkan sokongan, pengorbanan dan pengertian darimu ya shokhiib. Semoga persahabatan kita terus tetap abadi. Ku mencari-cari teman yang sejati buat menemani perjuangan suci.

Semoga biji yang kita tanam bersama di tiap ilmu yang tengah tumbuh, merekahkan bunga dengan tangkainya kuat menopang dahan, dedaunan rimbun yang melindungi kita dari kekuatan yang menghancurkan. Dengan akarnya kita berpijak dan batangnya kita bersandar.

Jumat, 01 Mei 2009

Selasa, 28 April 2009

saksikan!!!


Kepada ukhty Nadia

Pohon tempatku bersandar dan pena alat menuliskan perjalanan waktu pada kertas beralaskan biru.

Merenungkan nasib yang tak kan pernah terbalaskan. Kini disaat pencapaian hampir tiba, hidupku makin sengsara. Tak pernah ku merasakan bahagia, ataupun canda tawa. Mungkin beginilah garis kehidupan yang penuh lika-liku pengorbanan. Hatiku makin hancur tatkala tiada seorang pun menemaniku disini, dimanakah mereka berada?

Dalam gelap dan kebutaan arah ku berharap kalian muncul untuk membawakanku sebuah lilin dengan cahaya semangat disetiap kobaran apinya yang hangat. Disaat aku terpuruk di ujung jalan dan terperosok pada dalamnya jurang penuh duri, aku membutuhkan uluran tangan kalian. Disaat hari pemusnahan telah tiba ku meminta agar kalian berada lebih dahulu dari pada diriku. Biarlah jiwa ini tertinggal asal engkau selamat. Biarlah aku menerima beban yang ada di pundakmu. Tinggalkan aku jikalau memang hidup ini membelenggu diriku.

Terimakasih kalian telah ada di sampingku walaupun diriku tak pernah sadar, namun hatiku selalu rindu pada jiwamu. Saat ini ingin rasanya mata ini memandang guratan wajahmu yang ceria membawa bahagia. Ingin rasanya tubuh ini memeluk erat jiwamu dan tak kan kulepas walau dideranya tubuhku. Ingin tanganku ini berjabat dengan ikhlas walaupun berlinang darah hangat. Inginnya telinga ini mendengar ucapan-ucapan kalian nan sejuk merasuk dalam lubuk hatiku.

Senin, 27 April 2009

satukan tujuan!!!

Ketika itu sore telah menjelang. Kami duduk di penggir sebuah sungai yang airnya mengalir dengan tenang, hamparan rumput hijau sepanjang dinding sungainya. Ditemani dengan hembusan angin segar dari arah persawahan, kemudian jajaran pohon turi dengan bunga putihnya yang elok mengundang sang kumbang untuk datang. Di atas pohon-pohon bambu yang terletak tepat di hadapan kami, di seberang sungai ini, terdengar burung-burung gagak berbulu hitam bersuara memecahkan keheningan sore. Matahari dengan sinarnya semakin meredup tatkala pembicaraan telah dimulai. Sinarnya merah menyala mengobarkan perbincangan kami. Canda tawa memenuhi hati kami yang ceria, kami senang karena kami tengah bersama mengarungi hari-hari ini dengan selalu mengingat akan kekuasaan Allah Sang Khaliq. Berkali-kali mulut kami mengucap tasbih “subhanallah” tatkala kami tengah membanggakan ciptaan-cptaanNya. Katika semakin jauh kami masuk menelusuri kenyataan kekuasaan Allah. Hati pun terasadar bahwa kami bukanlah mekhluk besar di bumi ini. Karena bumi pun tidak lebih besar dari matahari. Matahari pun tak lebih besar daripada luasnya galaksi bimasakti. Galaksi ini pun bagai debu diantara luasnya alam semesta. Namun alam seluas apapun tak akan pernah mengalahkan luasnya kekuasaan Allah yang Maha Besar. Detak jantung semakin menggebu karena panggilan kami menghadap kepadanya telah tiba. Ayo Sholat, wahai shobat! Jangan terlambat!

Kamis, 05 Maret 2009

kau pasti mampu!!

Setapak demi setapak ku melangkah menyusuri jejak sejarah. Mendaki gunungan ilmu dan menyerap pengetahuan. Menyusuri sebuah cita dan cinta demi sebuah harapan. Sayup-sayup dedaunan mengipasi hati yang terlindungi. Menutupi jiwa dari jilatan api angkasa raya. Setitik suara merdu memecah udara yang menghalang. Perantara sebuah tepian jurang yang dalam namun dangkal. Bagaikan persahabatan yang terjalin karena ukhuwah kasih dan sayang. Bersama kami melawati hamparan bebatuan berujung runcing. Ku hiasi jejakan kakiku dengan basmallah Ku lantunkan tasbih, tahmid,dan takbir. Laa ahula walaa ‘quwata illa billahil ‘aliiyil ‘adziim. Semerbak harum sekuntum bunga kasturi membuka hati yang beku. Setitik cahaya mentari mencairkan darah yang mengeras nan lunak. Lautan semangat menghempaskanku pada tujuan hidup. Disaat ku melewati lapisan pedang yang menyayat kulit. Tersiksa tubuh ini melalui perihnya kenyataan hidup. Sebuah sayatan pada hati yang tersiran air garam. Disaat ku tertunduk pada karena tindihan betu penghalang. Ku terpanggil oleh cinta yang di hiasi semangat. Kulihat mereka yang melindungiku dari beratnya bumi. Membasuh wajah melambangkan penjernihan dan penyucian hati serta pikiran.
Membasuh tangan melambangkanpenyucian segala kegiatan.
Membasuh kepala melambangkanpikiran yang suci
dan membasuh kaki adalh melambangkan langkah yang lurus.

Minggu, 01 Maret 2009

صَلاََ ةُ اللهِ

صَلاََ ةُ اللهِ وَسَلا مْ

صَلاَةُ اللهِ وَسَلاَمْ عَلَى مَنْ اُوْحِىَ اْلقُرْانْ

وَاهْلِ بَيْتِهِ اْلكِرَامْ وَصَحْبِهِ ذَوِى اْلقُرْانْ

سَلاَمُ اللهِ وَالرِّضْوَانْ عَلَى مَنْ عَظَّمَ اْلقُرْانْ

بِقَلْبٍ خَالِصٍ نَوَى مُرَتِّلاً تَلَى اْلقُرْانْ

Kaum Negriku...

Tuhan…

Lihatlah betapa baik kaum beragama negeri ini,

Mereka tak mau kalah dengan kaum beragama lain di negeri-negeri lain.

Demi mendapatkan ridha-Mu,

Mereka rela mengorbankan saudara-saudara mereka.

Untuk merebut tampat terdekat di sisi-Mu,

Mereka bahkan tega menyodok dan menikam hamba-hamba-Mu sendiri.

Demi memperoleh rachmad-Mu mereka memaafkan kesalahan,

dan mendiamkan kemungkaran bahkan mendukung kelaliman.

Untuk membuktikan keluhuran budi mereka,

terhadap syaithan pun mereka tak pernah berburuk sangka.

Tuhan…

Nama-Mu mereka nyanyikan dalam acara hiburan hingga pesta agung kenegaraan.

Mereka merasa begitu dekat dengan-Mu,

hungga masing-masing merasa berhak mewakili-Mu.

Yang memiliki kelebihan harta

membuktikan kedekatannya dengan harta yang Engkau berikan.

Yang memiliki kelebihan kekuasaan

membuktikan kedekatannya dengan kekuasaan yang Engkau limpahkan.

Yang memiliki kelebihan ilmu

membuktikan kedekatannya dengan illmu yang Engkau anugrahkan.

Mereka yang Engkau anugrahi kekuatan seringkali bahkan merasa diri, Engkau sendiri.

Mereka bukan saja ikut menentukan ibadah,

tapi juga menetepkan siapa ke surga siapa ke neraka.

Mereka sakralkan pendapat mereka,

dan mereka akbarkan semua yang mereka lakukan.

Hingga takbir dan ikhram mereka kosong bagai perut bedug.

Allahu akbar wa lilahilkham.

Bagimu

Bagimu kutancapkan kening kebanggaanku pada randah tanah

Telah ku amankan sedapat mungkin imanku

Ku selamat-selamatkan Islamku

Kini dengan segala milikmu ini kuserahkan kepadamu allah terimalah

Kepala bergengsi yang terhormat ini

Dengan kedua mata yang mempu menangkap gerak-gerik dunia

Kedua telinga yang dapat menyadap gossip-gosip berita

Hidung yang bisa mencium wangi parfum hingga porok manusia

Mulut yang sanggup menyulap kebohongan menjadi kebenaran

Seperti yang lain hanyalah sepersekian percik tetes anugrahmu

Halalkah, amat mudahnya engkau melumatnya

Sekali engkau lumat

Terbanglah cerdikku

Terbanglah Gengsiku

Terbanglah kehormatanku

Terbanglah kagagahanku

Terbanglah kabnggaanku

Terbanglah mimpiku

Terbanglah hidupku

Allah jika terbang, terbanglah

Sekarangpun aku pasrah asal menuju haribaan Rahmad-Mu

Ummuhan naas

Ibumu adalah
Ibunda darah dagingmu
Tundukkan mukamu
Bungkukkan badanmu
Raih punggung tangan beliau
Ciumlah dalam-dalam
Hiruplah wewangian cintanya
Dan rasukkan ke dalam kalbumu
Agar menjadi jimat bagi rizki
dan kebahagiaanmu


Tanah air adalah Ibunda alammu
Lepaskan alas kaki keangkuhanmu
Agar setiap pori-pori kulitmu
menghirup zat kimia kasih
sayangnya
Sentuhkan keningmu pada
hamparan debu
Reguklah air murni dari
kandungan kalbunya
Karena Ibunda tanah airmu itulah
pasal pertama setiap kata ilmu dan
lembar pembangunan hidupmu

Jangan kau tengok mereka ke bawah
kakimu, karena justru engkau
adalah alas kaki mereka yang
bertugas melindungi kaki mereka
dari luka-luka

Rakyat adalah
Ibunda yang menyayangimu
Takutlah kepada air matanya, karena
jika Ibunda menangis karena engkau
tusuk perasaannya,
Tuhan akan mengubah peranNya dari
Sang Penabur Kasih Sayang
menjadi Sang Pengancam,
Sang Penyiksa yang maha dahsyat


Ibunda darahmu
Ibunda tanah airmu
Ibunda rakyatmu
Adalah sumber nafkahmu,
kunci kesejahteraanmu serta mata air
kebahagiaan hidupmu
Pejamkanlah mata,
rasakan kedekatan cintanya
Sebab ketika itu Tuhan sendiri yang
mengalir dalam kehangatan
darahnya
Kalau Ibunda membelai rambutmu
Kalau Ibunda mengusap keningmu,
memijiti kakimu
Nikmatilah dengan syukur
dan batin yang bersujud
Karena sesungguhnya Allah sendiri
yang hadir dan maujud
Kalau dari tempat yang jauh engkau
kangen kepada ibunda
Kalau dari tempat yang jauh ibunda
kangen kepada engkau,
dendangkanlah nyanyian puji-puji
untuk Tuhanmu

Karena setiap bunyi
kerinduan hatimu adalah
Sebaris lagu cinta Allah kepada segala
ciptaanNya
Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan
hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak
untuk Ibundamu

Dan jangan bikin satu kalipun
Ibumu menangis karenamu
Kecuali engkau punya keberanian
untuk membuat
Tuhan naik pitam kepada hidupmu
kalau ibundamu menangis,
para Malaikat menjelma jadi butiranbutiran
air matanya
Dan cahaya yang memancar dari
airmata ibunda membuat para
malaikat itu silau
dan marah kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah
kemarahan suci sehingga Allah tidak
melarang mereka tatkala menutup
pintu sorga bagimu

Ibu kandungmu adalah
ibunda kehidupanmu
Jangan sakiti hatinya, karena ibundamu
akan senantiasa memaafkanmu
Tetapi setiap permaafan ibundamu atas
setiap kesalahanmu akan digenggam
erat-erat oleh para malaikat untuk
mereka usulkan kepada Tuhan agar
dijadikan kayu bakar nerakamu

Negerimu adalah
ibunda sejarahmu
Demi nasibmu sendiri jangan
pernah injak kepala mereka
Demi keselamatanmu sendiri jangan
curi makanan mereka
Demi kemashlahatan anak cucumu
sendiri jangan pernah hisap darah
mereka
Jangan pernah rampok tanah mereka
Sebab engkau tidak bisa menang
atas Ibundamu sendiri
Dan ibundamu tidak pernah
ingin mengalahkanmu
Sebab pemerintahmu tidak akan
bisa menang atas rakyatmu
Sebab rakyatmulah
ibunda yang melahirkanmu
Serta ia pulalah yang nanti akan
menguburkanmu sambil menangis,
karena ia tidak menjadi bahagia
oleh deritamu
karena ibu sejarahmu itu
tidak bergem

Kamis, 26 Februari 2009

Fii hadzihil lail

Di malam yang dihiasi gerimis hujan.

Di malam dengan dingin merayap di udara.

Di malam dengan suara gemericik air yang segar.

Di malam dengan cahaya cinta di antara kegelapan.

Ku rindu akan pertemuanku denganmu ya ukhibbuky

Kita saling menyapa dan mendo’akan melalui ucapan salam.

Kau hiasi persahabatan kita dengan senyummu yang senilai cahaya cinta.

Dengan kelembutan hatimu bak bidadari dengan kesucian terpancar padanya.

Melihat cahaya dari kedipan matamu yang indah bak intan berlian.

Mendengar ucapan tulusmu yang penuh dengan irama cinta yang tulus ikhlas.

Kurasakan cantiknya wajahmu bagai udara yang memenuhi setiap sel kehidupan.

Perbuatanmu memancarka akhlakhul mahmudah dari seorang yang dicintai-Nya.

Ingin ku sampaikan sepatah kata curahan hatiku padamu wahai penerang jalanku.

Sepatah kata ungkapan dari hatiku teruntuk luluhnya perasaan yang penuh kasih sayang.

Kata yang tak sanggup ku utarakan dari sini untuk engkau yang ku sayang.

Ku tunggu kedatangnmu menemui jantung hatiku wahai kau wanita.

Cintamu padaku mengantarkan jiwaku pada Sang Pencipta.

Terima kasih ya Ukhibbuky.

Sembari ku tertunduk di hadapanmu ku menangis tiada tertahan.

Kuturunkan segala kesombongan yang telah menggerogoti diriku.

Ku buang sementara rasaan senang yang ada, tak ku tahan rasa malu.

Kini ku terhanyut pada saat yang paling memilukan dalam hidupku.

Teraniaya tubuh ini melihat kau yang tersakiti oleh perbuatanku.

Demikian bebas aku membuat kesalahan padamu hingga tak melihat kau yang ada disana.

Sunggh tiada maksudku menyakiti hatimu

Apa yang telah terjadi sudah tak dapat lagi ku kendalikan.

ku lihat kau berada di sudut cahaya tertunduk mengalirkan air mata.

Tiada mampu mulutku bertanya.

Tak mampu otakku berpikir rasional.

Ku hanya bisa merusak segala yang dihadapanku

Sungguh sakit hatiku yang tak mengerti apa maumu.

Kulepas perhatianku dan ku tanamkan pada dasiran aliran pantai.

Tak mampu ku menoleh pada kejadian pahit yang tlah ku alami.

Teriris hatiku disaat ku tahu kau tlah terluka.

Luka yang ada padamu membuatku terombang-ambing pada sungai yang tak pernah bertemu lautan.

Tak kutemukan lagi sosokmu yang dulu setelah ku menyusuri kedalaman cinta.

Sungguhkah ku kan kahilangan dia yang ku saying?

Kau tlah menghilang dan tak mampu ku temukan kau di dalam hatiku.

Kau yang tak tampak bagai angin di dunia maya.

Sebelum semuanya terlambat ku memandang pada kejadian yang akan datang

Ku berdiri diantara dua kubu yang saling berlawanan antara maaf dan bingung.

Ku palingkan wajahku dari hadapanmu, namun itu membuatmu rauntuh tak tersisa.

Ingin ku barlari meninggalkan semuanya termasuk dirimu.

Setelah ku berlari sejauh mungkin ku terjerumus pada jurang penuh duri.

Hingga tak kurasakan lagi penyesalan di hidupku.

Kini ku tlah terbang dari sisimu untuk selamanya.

Namun ada rasa yang tak sempat ku tanamkan pada hatimu yang terbuka lebar.

Maaf inginku sampaikan dari hatiku melalui jembatan yang tak Nampak.

Ku hembuskan nafas penyesalan yang tak membuatmu tenang.

Telah ku keringkan air mata dengan intan berlian di dalamnya.

Ku menghilangkan hiasan pelangi pada bola matanya.

Ku redupkan pancaran senyum dari bibirnya.

Telah kucabik hatinya yang penuh cahaya.

Pratinjau

Peperangan telah terjadi di dalam hidupku.

Tiada kata mulai dan tiada kata damai.

Peperangan hanya meninggalkan luka pada pada tubuh yang tersingkir.

Peperangan menghilangkan mereka yang kita kasihi.

Peperangan merenggut nyawa sahabat yang telah membengun jiwa saudaranya.

Apalah guna kekuasaan di tangan jika ajal tlah menjelang.

Apalah guna harta jika kau tak mampu merasakannya.

Apalah guna cinta serta kasih saying jika kau tak pernah memiliki.

Apalah guna sahabat jika kau telah pergi tak kan kembali.

Perintah hati meminta maaf.

Perintah otak untuk bersujud.

Perintah alam untuk merunduk.

Perintah Tuhan untuk beriman.

Namun di saat senyum bersinar di pagi hari, kau telah menutup celah cahayanya dengan raut wajahmu yang muram, kau tlah menghilangkan harapan mereka yang telah mendatangimu dengan hati yang riang. Lihatlah bagaimana perubahan wajah yang cantik nan menawan runtuh pada debu yang tergorok lautan kepedihan. Pernahkah kau merasakan kehilangan seorang sahabat yang bercita ingin selalu membantu saudaranya, pernahkah kau membayangkan ia mti bersujau di kakimu dengan harapan kau ikut tertunduk. Namun apa yang telah kau pikirkan dengan mengangkat wajahmu ke atas? Adakah disana cinta yang kau harapkan turun? Kaulah seorang yang bodoh yang tak pernah tersenyum di hadapan mereka. Tertawalah !! berteriaklah sekencang-kencangnya !! ku yakin kau takkan pernah berjumpa dengan kehangatan pelukan bunda. Berjalanlah atau munkin kau harus berlari !! namun kemana kau akan berlari? Kemana? Kau telah memerintahkan mereka mati, kau telah menghancurkan cinta yang telah tertanam demi melindungi cintanya, teman sepeti apakah engkau yang dengan tangnmu kau runtuhkan bangunan cinta yang telah berdiri kokoh, dengan perkataanmu kau sebarkan rasa sakit di hati mereka, dengan melihat matamu kau buat diri ini tak mampu bergerak, betapa bergetar hati yang melihat dirimu yang seperti itu.

Senin, 23 Februari 2009

mampukah kau bertanya?

Cerita, canda dan kata tlah kita jadikan sejarah sebagai awal hidup ini melangkah. Ku ambil setiap makna di dalamnya dan ku jadikan arahku ini. Hingga ku ukir sejarah pada batuan ditengah magma yang mengalir. Ku lindungi batu tersebut dengan tubuh dan tulangku. Sungguh tiada ku merasa sakit menahannya.

kini ku teringat saat kita pertama kali bertemu, tak ada rasa, tak ada cinta dan kasih sayang, semua terlampaui begitu saja tiada kenangan berarti. Kau tersenyum padaku, aku pun juga membalasnya, kau menyapaku aku pun juga, meski kita belum saling mengucap nama. Rasa tenag tanpa beban dalam hati tak mampu ku sembunyikan, di saat aku membutuhkanmu kau ada untuk menghancurkan bebanku. semakin lama muncul pertanyaan “siapa gerangan dia yang telah mengalihkan beban hidupku?”

Meski pun aku tak butuh jawabannya, dialah yang memberitahuku siapa dia sebanarnya tanpa ku tanya, kulihat dari senyum yang ikhlas memancarkan ketenangan hati mengharap akan ridho-Nya, ku melihat merah pipinya sungguh sedap dipandang, gerakan tubuhnya yang tulus membantu sahabatnya menghanyutkan bagi mereka yang merasakan halusnya tangan ringan tuk memberi, suaranya lembut membelah dinginnya bumi hingga sampai di telingaku merasuk pada aliran darahku dan berputan kencang di setiap organ yang dilaluinya, hanya satu ungkapan dari bibirnya, dengan sangat lirih ia berkata, “gapailah kehidupan di dunia dengan semangat yang mengalir di setiap sel pada tubuhmu, kejarlah kehidupan akhirat dengan dzikir mengalir di setiap aliran hidupmu, dekatlah pada Allah atas segala yang ada pada dirimu dan lingkunganmu, iman, Islam dan ikhsan selalu tanamkan pada pikiranmu hingga akarnya memenuhi dalamnya hatimu, batangnya sebagai perantara hidupmu, dan daungnya sebagai kesejukanmu.” Sungguh makna apa yang terkandung di dalam dirinya aku tetap tak mengerti, persaan takut mulai menghampiriku, akankah muncul rasa cinta tanpa kasih sayang di antara kita?

Rasa ini menarikku kencang tubuhku terpelanting jatuh ke dasar kegelapan hingga membuatku untuk berpikir ulang. Pada sudut kegelapan kubuka lebar mataku mesku tiada yang ku lihat, ku dengarkan semua yang ada meski tiada suara yang ku dengarkan, kurasakan dinginnya hidup menusuk di setiap pori kulit, hingga bernafaspun ku tak mampu. Dalam hati ku mengiba “sanggupkah ku meninggalkannya pergi untuk sementara atau pergi tanpa ku ucap selamat tinggal, atau pergi tak pernah kembali?”

Saat ku meninggalkannya perlahan rasa itu sirna, namun ketika ada yang mengatakan namanya, hanya dengan namanya, rasa itu merasuk kembali menyelubungiku tanpa bisa ku tahan dahsyatnya aliran yang merasuk pada inti setiap sel yang membrannya tak sanggup di tembus virus.

Ku tertunduk pada rendah tanah, menghadapkan wajahku pada dasarnya bumi, aku kubur tubuhku pada kedalaman tanah, bersembunyi pada inti matahari tiada berguna. Seraya ku bangkit dan menghadap kepada-Nya “ Ya Tuhan perasaan apakah ini? Sanggupkah ku menahan rasa yang tertancap bagai pedang menusuk perisai tebal? Ku berharap melalui mukjuzat-Mu aku mendapatkan mereka yang mampu mengerti akan dalamnya palung hatiku.”

Tahukah kau aku di sini menunggumu. Sering ku berharap dia ada untukku dan disini dengan seluruh sahabatku kita bersama melangkah menuju haribaan-Nya yang terang dan suci. Bisa untuk aku gambarkan bagaimana sesungguhnya dia. Namun tak kuasa mata ini melihatnya, bergetar seluruh jiwa dan raga ini tanpa bisa aku mengendalikannya, tak sanggup aku palingkan wajahku dari hadapannya, hingga cahaya terang dari Zat Yang Maha Suci-lah yang dapat melepaskanku dari jeratan ini. Ku bersyukur hanya melihat bayangannya dalam media semu seandainya ku berhadapan denganmu bisakah kau merasakan betapa dahsyatnya getaran hatiku?

Sabtu, 21 Februari 2009

perjalanan tuk berubah

Assalamu'alaikum
Lishokhiib....
bismillahirrihmanirrokhiim, selalu awali hari ini dengan mengingat Allah SWT. karena atas izin dari-Nya lah kita masih dapat merasakan indahnya hari-hari ini, senang rasannya bisa melihat hijaunya dedaunan yang dihiasai oleh warna-warni burung dengan suara kicauannya membelah suasana bising pada pikiran. tarik nafas dan nikmati sejuknya udara yang berasal dari alam ini, pernahkah kau berfikir tentang komposisi udara yang ada di alam ini? sesungguhnya tiada perubahan pada komposisinya, padahal uadara selalu dikonsumsi oleh seluruh makhluk hidup yang tinggal di alam ini. betapa dahsyat segala yang diciptakan-Nya.
Alhamdulillah...shokhiib kita tetap selalu bersama dihari-hari yang penuh tantangan ini. setiap detak jantung, setiap hembusan dan tiap langkah kaki ini pasti kan dipertanggungjawabkan, oleh karena itu jalani hidup dengan tetap berpegang teguh pada kitab Allah dan sunah Rasul. perhitungkan dan pikirkan matang-matang apa yang tlah kau tuju dengan harapan tak ada rasa kecewa sekaligus putus asa dalam menghadapi ujian yang selalu mendara tubuh tiada daya ini.
perlukah kita evaluasi waktu-waktu yang telah terlampaui? jawablah dengan kegiatan terpuji dan jangan pernah kau lakukan keburukan masa lalu sekecil apa pun. berjanjilah kau untuk selalu introspeksi diri dan bertaubat jika ada sekecil virus yang ada di hatimu. aku yakin kau pasti bisa. memang sih tak semudah itu kita bisa merubah semua kebiasaan (baik atau buruk) yang telah terlampau jauh kita kerjakan. namun dalam hatimu yang terdalam ada semangat tinggi untuk terus berubah dan memperbaiki diri. dengan dukungan dari sahabat yang ada di sekelilingmu kau masih punya harapan besar untuk melangkah menuju perubahan.