Kamis, 26 Februari 2009

Pratinjau

Peperangan telah terjadi di dalam hidupku.

Tiada kata mulai dan tiada kata damai.

Peperangan hanya meninggalkan luka pada pada tubuh yang tersingkir.

Peperangan menghilangkan mereka yang kita kasihi.

Peperangan merenggut nyawa sahabat yang telah membengun jiwa saudaranya.

Apalah guna kekuasaan di tangan jika ajal tlah menjelang.

Apalah guna harta jika kau tak mampu merasakannya.

Apalah guna cinta serta kasih saying jika kau tak pernah memiliki.

Apalah guna sahabat jika kau telah pergi tak kan kembali.

Perintah hati meminta maaf.

Perintah otak untuk bersujud.

Perintah alam untuk merunduk.

Perintah Tuhan untuk beriman.

Namun di saat senyum bersinar di pagi hari, kau telah menutup celah cahayanya dengan raut wajahmu yang muram, kau tlah menghilangkan harapan mereka yang telah mendatangimu dengan hati yang riang. Lihatlah bagaimana perubahan wajah yang cantik nan menawan runtuh pada debu yang tergorok lautan kepedihan. Pernahkah kau merasakan kehilangan seorang sahabat yang bercita ingin selalu membantu saudaranya, pernahkah kau membayangkan ia mti bersujau di kakimu dengan harapan kau ikut tertunduk. Namun apa yang telah kau pikirkan dengan mengangkat wajahmu ke atas? Adakah disana cinta yang kau harapkan turun? Kaulah seorang yang bodoh yang tak pernah tersenyum di hadapan mereka. Tertawalah !! berteriaklah sekencang-kencangnya !! ku yakin kau takkan pernah berjumpa dengan kehangatan pelukan bunda. Berjalanlah atau munkin kau harus berlari !! namun kemana kau akan berlari? Kemana? Kau telah memerintahkan mereka mati, kau telah menghancurkan cinta yang telah tertanam demi melindungi cintanya, teman sepeti apakah engkau yang dengan tangnmu kau runtuhkan bangunan cinta yang telah berdiri kokoh, dengan perkataanmu kau sebarkan rasa sakit di hati mereka, dengan melihat matamu kau buat diri ini tak mampu bergerak, betapa bergetar hati yang melihat dirimu yang seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar